Gempa Magnitudo 5,2 Getarkan Lombok Tengah NTB, Tidak Berpotensi Tsunami
Pada dini hari yang tenang, warga Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dikejutkan oleh guncangan gempa bumi yang cukup terasa. Gempa yang tercatat memiliki kekuatan magnitudo 5,2 ini berlangsung dalam durasi beberapa detik dan mengguncang sejumlah wilayah di Pulau Lombok dan sekitarnya. Meskipun sempat menimbulkan kepanikan di kalangan warga, pihak berwenang menyatakan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami dan hingga kini belum ada laporan kerusakan signifikan.
Kronologi Kejadian
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gempa terjadi pada pukul 03.17 WITA. Pusat gempa berada di darat, sekitar 18 kilometer barat daya Lombok Tengah, dengan kedalaman 10 kilometer. Dengan kekuatan magnitudo 5,2, gempa tergolong sebagai gempa tektonik dangkal, yang umumnya memiliki dampak lokal yang cukup dirasakan.
Meski durasinya singkat, gempa terasa cukup kuat di beberapa wilayah seperti Praya, Mataram, dan sebagian kawasan Lombok Timur. Beberapa warga mengaku terbangun dari tidur karena getaran yang mendadak dan membuat dinding rumah serta jendela bergetar.
Tidak berselang lama, BMKG mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, karena pusat gempa berada di daratan dan tidak menyebabkan pergeseran dasar laut yang signifikan.
Reaksi Warga dan Situasi di Lapangan
Di Praya, ibu kota Kabupaten Lombok Tengah, sejumlah warga terlihat keluar dari rumah sesaat setelah gempa terjadi. Mereka berkumpul di halaman rumah atau di jalanan untuk mengantisipasi gempa susulan. Beberapa warga tampak membawa anak-anak dan lansia ke tempat terbuka sebagai langkah antisipatif.
Meski sempat panik, situasi relatif cepat terkendali. Tidak lama setelah gempa, listrik dan jaringan komunikasi tetap berfungsi normal di sebagian besar wilayah. Beberapa laporan menyebutkan adanya gangguan sinyal sesaat di beberapa titik, namun tidak berlangsung lama.
Hingga berita ini ditulis, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa atau kerusakan serius akibat gempa tersebut. Namun, aparat pemerintah daerah bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tetap bersiaga dan melakukan pemantauan di lapangan untuk memastikan keselamatan warga.
Penjelasan BMKG: Gempa Tektonik Akibat Sesar Aktif
BMKG menyampaikan bahwa gempa dengan magnitudo 5,2 yang mengguncang Lombok Tengah dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berada di bawah daratan pulau Lombok. Gempa ini tergolong sebagai gempa tektonik dangkal yang terjadi akibat aktivitas patahan lokal, bukan subduksi lempeng.
Wilayah NTB, khususnya Lombok, memang dikenal sebagai kawasan rawan gempa karena berada di zona pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Selain itu, terdapat beberapa sesar lokal aktif seperti Sesar Naik Flores, Sesar Lombok, dan Sesar Selatan Bali yang berpotensi menimbulkan gempa kapan saja.
Menurut Kepala BMKG Wilayah IV, gempa kali ini termasuk dalam kategori tidak merusak, meskipun cukup dirasakan hingga radius puluhan kilometer. BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya pada informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, terutama yang beredar di media sosial.
Jejak Gempa di Lombok: Memori 2018 yang Masih Tersimpan
Bagi masyarakat Lombok, gempa bumi bukanlah hal asing. Memori kelam gempa besar tahun 2018 masih membekas kuat di benak warga. Saat itu, gempa dengan magnitudo 6,9 mengguncang Lombok Utara dan menewaskan lebih dari 500 orang, merusak ribuan rumah, serta menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Gempa kali ini memang tidak sebesar kejadian 2018, tetapi cukup untuk mengingatkan warga akan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Beberapa warga bahkan mengaku sudah menyiapkan tas darurat berisi dokumen penting, makanan ringan, dan air minum, sebagai antisipasi jika terjadi gempa yang lebih besar.
Pemerintah daerah melalui BPBD dan aparat TNI/Polri langsung mengaktifkan sistem tanggap cepat untuk memastikan tidak ada dampak lanjutan dari gempa tersebut. Beberapa tim juga diturunkan untuk memantau bangunan publik seperti sekolah, rumah ibadah, dan kantor pemerintahan.
Tanggap Darurat dan Protokol Mitigasi
Salah satu hal yang ditekankan oleh pemerintah daerah adalah pentingnya edukasi kebencanaan bagi masyarakat. Meskipun gempa tidak menimbulkan tsunami atau kerusakan besar, tetap diperlukan edukasi agar masyarakat dapat bertindak cepat dan benar saat gempa terjadi.
BPBD NTB menyatakan bahwa protokol tanggap darurat telah berjalan sesuai SOP. Pusat komando darurat diaktifkan selama 24 jam, dan semua posko siaga gempa tetap beroperasi. Tim SAR, tenaga medis, dan relawan dikerahkan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan gempa susulan atau dampak tidak langsung seperti longsor kecil di daerah pegunungan.
Kegiatan sosialisasi dan simulasi evakuasi juga direncanakan kembali digiatkan, terutama di wilayah-wilayah padat penduduk yang rawan terdampak gempa. Pemerintah daerah juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk menyusun ulang rencana evakuasi yang sesuai standar nasional.
Gempa dan Risiko Runtuhan Bangunan
Salah satu ancaman terbesar dari gempa dangkal seperti yang terjadi di Lombok Tengah adalah risiko runtuhnya bangunan yang tidak tahan gempa. Meski kali ini tidak ada laporan kerusakan besar, para ahli mengingatkan bahwa Lombok memiliki banyak bangunan tua atau tidak sesuai standar tahan gempa, terutama di kawasan pedesaan.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk memperhatikan standar konstruksi bangunan. Program retrofit (penguatan struktur) terhadap sekolah, rumah ibadah, dan fasilitas umum harus terus dilanjutkan sebagai bagian dari mitigasi jangka panjang.
Selain itu, pendataan bangunan berisiko tinggi akan kembali diperbaharui pasca-gempa ini, agar bisa menjadi acuan dalam program perbaikan dan relokasi jika diperlukan di masa depan.
Peran Masyarakat dalam Menangani Bencana
Gempa Lombok kali ini menjadi pengingat bahwa kesiapan masyarakat adalah kunci dalam mengurangi dampak bencana alam. Ketika masyarakat tahu apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi — seperti tidak panik, menjauhi benda berat atau bangunan tinggi, dan segera ke tempat terbuka — maka potensi korban bisa ditekan seminimal mungkin.
Banyak warga yang mulai terlibat aktif dalam komunitas siaga bencana. Di beberapa desa, terbentuk relawan tangguh bencana (retana) yang bertugas menyebarkan informasi, memimpin evakuasi saat darurat, dan mengedukasi warga mengenai risiko bencana.
Pemerintah pusat melalui BNPB juga mendorong terbentuknya desa tangguh bencana sebagai program nasional. Lombok termasuk dalam wilayah prioritas karena tingkat kerawanan gempa yang tinggi dan pengalaman panjang dalam menghadapi bencana.
Aktivitas Seismik Masih Terpantau
Pasca-gempa utama, BMKG mencatat adanya beberapa gempa susulan dengan kekuatan lebih kecil. Aktivitas ini tergolong wajar dan biasanya terjadi selama beberapa hari hingga satu minggu setelah gempa utama.
Namun, masyarakat tetap diminta untuk waspada, terutama bagi yang tinggal di wilayah perbukitan atau lereng gunung, karena ada risiko longsor kecil yang bisa terjadi akibat struktur tanah yang terguncang.
BMKG dan instansi terkait akan terus memantau perkembangan aktivitas seismik di wilayah NTB dan memberikan informasi terbaru secara berkala. Masyarakat diimbau untuk mengandalkan informasi dari sumber resmi dan tidak menyebarkan hoaks yang dapat menimbulkan kepanikan.
Kesimpulan
Gempa magnitudo 5,2 yang mengguncang Lombok Tengah pada dini hari menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah wilayah yang secara geologis aktif dan rentan terhadap gempa. Meski tidak menimbulkan tsunami atau kerusakan besar, guncangan ini cukup terasa dan sempat menimbulkan kepanikan.
Pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat menunjukkan respons yang cepat dan terkoordinasi, sehingga situasi dapat segera dikendalikan. Gempa ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan edukasi kebencanaan di tingkat akar rumput.
Dengan pendekatan yang kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan ahli geologi, diharapkan kejadian seperti ini bisa ditanggapi secara cepat dan tepat, serta meminimalkan risiko di masa mendatang. Lombok, dengan segala keindahannya, juga harus dibangun sebagai pulau yang tangguh bencana — karena gempa boleh mengguncang, tapi semangat untuk bangkit dan bersatu tidak boleh runtuh.
Baca Juga : Kongres IV TIDAR Dihadiri Prabowo hingga Puan, Rahayu Saraswati: Luar Biasa